Selasa, 23 November 2010

Strategi Kenabian Menuju Kemenangan

Beberapa bulan ini berita terkait pemilukada begitu santer. Di media cetak maupun elektronika hampir semuanya memberitakan proses dan tahapan pesta demokrasi tingkat kota tersebut, baik aktivitas sosialisasi para kandidat, informasi harta kekayaan, pengecekan kesehatan sampai pengundian nomor urut Calon Walikota-Wakil Walikota Batam

Sesuai nomor urut, mereka adalah, Ahmad Dahlan-Rudi, Ria Saptarika-Zainal Abidin, Nada F Soraya-Nuryanto, Aripin-Irwansyah dan Amir Hakim Siregar-Syamsul Bahrum. Kini mereka tinggal menyusun strategi untuk menjadi pemenang dalam pertarungan yang akan digelar pada 5 Januari tahun depan

Untuk bisa menjadi the champion banyak pengamat memberikan analisanya. Salah satunya Burhanuddin Muhtadi mengatakan, untuk bisa memenangkan pemilukada kandidat harus memiki 6 M, yaitu men (ketokohan), money (modal biaya), machine (mesin politik), media (strategi branding), market (penerimaan pasar) dan terakhir adalah momentum (takdir)

Selain cara-cara “bumi”, strategi “langit” juga harus diimplementasikan oleh para calon. Strategi langit yang dimaksud oleh penulis adalah mengadopsi langkah kenabian yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam “memenangkan” agenda keumatan, termasuk agenda politik

Ketika baru masuk ke wilayah Madinah, statement pertama yang disampaikan Rasulullah kepada penduduk (Madinah) yang sudah menunggunya yaitu “Wahai manusia tebarkanlah salam, berbagilah makanan, sambunglah silaturahim, sholatlah di malam sementara manusia tidur, (niscaya) kalian memasuki surga dengan kedamaian.” (HRTurmudzi dan Ibnu Majah)

Berdasar hadits di atas ada empat pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada masyarakat Madinah. Dan dengan empat pesan inilah Rasulullah mampu mengkonsolidasikan elemen-elemen yang ada di Madinah yang pada saat itu kondisi masyarakatnya dalam keadaan majemuk

Empat messages Rasul tersebut tiga bernuansa kemanusiaan, yaitu menebar salam, memberi makan dan menyambung silaturahim. Satu hal yang berdimensi transcendental yaitu anjuran untuk menghidupkan sholat malam.

Jika langkah nabi tersebut penulis bahasakan ke dalam istilah pemilukada, maka menebar salam adalah sosialisasi, memberi makan yaitu mengasah kepedulian dan menyambung silaturahim merupakan upaya untuk rajin turun ke masyarakat serta sholat malam adalah ketataatan kepada Tuhannya

Pertama, Sosialisasi. Dengan memberi informasi yang massif, maka masyarakat akan mengenal lebih dalam siapa calon pemimpin Batam yang akan mereka pilih. Sosialisasi ini bisa dilakukan dengan cara menemui langsung masyarakat maupun melalui media lain, seperti media elektronika, media cetak, baliho dan banyak lainnya

Ada yang perlu terus dijaga konsistensi seluruh kandidat (tentunya timses) yaitu pola sosialiasi harus inklusif. Maksud penulis adalah model sosialisasinya untuk semua, bukan saja kepada basis massa partai-partai pengusung maupun pendukung, kesamaan agama dan suku dengan kandidat, namun harus merangkul semuanya

Dalam hal sosialisasi penulis anggap semua kandidat on the track dalam mengemas cara komunikasinya, yaitu tidak ada pemilahan objek target. Langkah tersebut juga dilakukan Nabi Muhammad ketika bersosialisasi di Madinah dengan kalimat pembukanya “wahai manusia”, bukan “wahai kaum beriman”. Pemilihan kata ini sangat tepat di tengah kemajemukan Madinah pada saat itu

Hal ini sangat penting, karena meski agak berbeda kondisi antara Madinah dan Batam, namun keduanya ada kesamaan yaitu masyarakatnya majemuk, baik majemuk dari sisi agama maupun plural dari segi etnis.

Kedua, Peduli. Kepedulian posisinya di atas wacana, karena sudah dalam taraf tindakan, bukan sekedar ajakan. Memberi pertolongan kepada orang yang sedang membutuhkan tentu memberi kesan yang dalam, apalagi jika kepeduliannya diterapkan kepada orang yang pas pasti akan sangat berkesan

Pendekatan “kepedulian” sangat tepat diejawantahkan di perpolitikan negeri ini. Tipikal masyarakat Indonesia pada umumnya (termasuk Batam) adalah suka dibantu dan (maaf) cenderung pragmatis. Sebagian masyarakat menilai baik-buruknya seseorang kandidat diukur dengan kepuasan fisik yang sudah diberikan kepada masyarakat.

Politik kepedulian memang memakan biaya tinggi, sehingga harus diejawantahkan secara tepat. Apalagi masyarakat saat ini sudah “cerdas” memanfaatkan momen politik sebagai ajang untuk mendapatkan bantuan

Ketiga, Turun ke masyarakat. Hasil survey LSI menunjukan masyarakat Batam mengidamkan pemimpin yang perhatian dan bersih dari korupsi menempati urutan tertinggi. Dan turun ke masyarakat merupakan bagian khusus dari sifat perhatian yang disenangi oleh masyarakat

Agar efektif, kandidat harus mengidentifikasikan terlebih dahulu kebutuhan dari masyarakat yang akan dikunjunginya. Pendekatan yang digunakan biasanya tidak terlepas dari tiga hal, pendekatan ideologis dan konsep, pendekatan budaya dan pendekatan sosial

Dan faktor ketokohan dalam perpolitikan Indonesia masih sangat mujarab untuk mensukseskan seorang calon. Tokoh agama, tokoh masyarakat dan adat di Indonesia masih memiliki peranan strategis untuk memuluskan jalan kandidat menuju Engku Putri, untuk itu turun ke masyarakat dengan menyertakan para tokoh meruapakan cara yang jitu

Ide-ide yang diutarakan juga harus sesuai dengan bahasa masyarakat. Sebagus apapun gagasan yang ditawarkan jika tidak dipahami oleh warga maka menjadi pepesan kosong yang justru membingungkan (miss understanding)

Empat, Ketaatan. Dalam perspektif Islam, ketaatan merupakan proses pengokohan diri secara lebih dekat kepada Allah. Pengokohan diri yang berdimensi spiritual mengalir ke dalam prilakunya. Ia tidak muncul dengan cara dibuat-buat.

Di musim pemilukada semuanya bisa dipoles dengan pencitraan yang “sempurna”. Sosialisasi bisa dipermak dengan media pencitraan. Sikap peduli rakyat bisa dibuat secara mendadak dengan rajin datang ke kantong-kantong kemiskinan dan menebar kepedulian layaknya Sinterklas.

Begitu juga sama dengan turun ke masyarakat, semuanya bisa dipoles. Namun ketaatan tidak bisa dikadali hanya karena menggunakan kopiah dan bersedekah di masjid.
Ketaatan muncul dari keteguhan iman dan kekokohan mental. Faktor ketaatan juga bisa menjadi parameter masyarakat untuk memilih pemimpinnya, karena dengan memiliki pemimpin yang taat kepada Tuhannya akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan fisik dalam menghadapi pekerjaan yang berat disertai rasa tanggung jawab.

Penulis percaya, dari kelima pasang kandidat tidak ada yang memiliki ketatan yang “sempurna”, namun pasti dari yang kelima pasang calon ada yang terbaik untuk kemaslahatan Batam ke depan. Wallahua’lam

*. Diterbitkan di Harian Haluan Kepri - Selasa, 23 November 2010
Selengkapnya...