Kamis, 09 Juni 2011

Menimbang Kompetensi dan Track Record

(Sebuah catatan untuk Wali Kota dan Baperjakat)

Dalam Perang Mu’tah satu demi satu komandan pertempuran gugur. Agar barisan kaum muslimin tidak kocar-kacir, salah satu sahabat Rasulullah, Tsabit bin Aqram mengambil alih sebagai komandan. Ia sengaja mengambil tongkat kepemimpinan bukan karena memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, namun dengan alasan agar pasukan Islam tetap dalam satu komando kepemimpinan.

Belum berapa lama Tsabit memegang panji perang, ia segera menuju Khalid bin Walid untuk menyerahkan estafet kepemimpinannya yang barusan ia pegang. Dengan penuh adab dan rasa tahu diri yang tinggi, Khalid menolak tawaran tersebut.

Khalid menolak bukan karena ciut nyalinya menghadapi musuh yang jumlah pasukannya banyak. Ia menolak karena Tsabit bin Aqram menurutnya lebih berhak untuk menjadi jenderal lapangan dibanding dirinya.

Tsabit di mata Khalid adalah orang yang lebih pantas didaulat sebagai pemimpin karena ia adalah orang yang lebih dulu masuk Islam. Selain itu Tsabit juga lebih tua yang tentu memiliki kematangan dan pengalaman yang banyak dalam taktik dan strategi. Apalagi Tsabit merupakan “alumni” Perang Badar , sebuah peperangan dahsyat yang justru pada saat itu Khalid berada dalam barisan musuh.

Namun Tsabit tetap ngotot agar Khalid bersedia menggantinya sebagai pemimpin. Ia melepaskan embel-embel orang yang lebih senior. Ia juga mencampakan aji mumpung sebagai alumni Perang Badar. Argumentasinya, Khalid adalah orang yang lebih paham dalam strategi pertempuran melebihi dirinya.

Selain itu ada “isyarat spiritual”. Ia pernah mendengar orang yang paling dikagumi sekaligus pemimpin pusatnya, yaitu Nabi Muhammad pernah mengatakan dalam diri Khalid terdapat multi talenta.

Ringkas cerita Khalid menerima “ban kapten”. Dan ia pun mampu “memenangkan” pertempuran dengan meloloskan 3000 tentara muslim yang menghadapi 200 ribu pasukan Romawi yang berkoalisi dengan Arab Badui.

Dari sejarah di atas, ada ‘ibrah (pelajaran) berharga bahwa sebuah jabatan itu tidak hanya diberikan atas dasar kompetensi, namun juga faktor rekam jejak (track record) yang mulus dari sisi-sisi negatif. Tidak ada faktor balas jasa atau akan dijadikan mesin uang penguasa.

Tidak ada komentar: