Rabu, 06 Juni 2012

Belajar Policy Judi dari Negeri Singa

Saat kaki menginjak Pulau Sentosa, Singapura langsung “disambut” bola bumi raksasa bertuliskan universal studios. Mata dan seluruh anggota badan dipaksa untuk terus mencari lokasi yang strategis guna menghasilkan hasil gambar yang fantastis. Apalagi harus “bersaing” dengan ratusan pengunjung berbagai negara yang juga melakukan hal yang sama (foto) dengan bola dunia sebagai latarnya.

Setelah puas bermain dengan kamera, mata pun beralih ke pandangan lainnya. Dan tanpa diduga menemukan sebuah tanda arah panah menuju lokasi perjudian (casino).

Meski tidak ada biaya masuk ke casino (hanya menunjukan passport), namun tetap saya urungkan untuk melihat pemandangan aslinya. Apakah seperti film “God of Gambler” yang menceritakan tentang para dewa judi memburu rezeki di atas meja? Atau seperti jackpot yang sering “dimanipulasi” sebagai permainan ketangkasan, atau mungkin seperti permainan judi kampung? Saya gak tahu.

Ada satu hal yang membuat saya “tertarik” dengan kebijakan Pemerintah Singapura terhadap warganya dalam menyalurkan hobi berjudi. Meski Singapura adalah satu negara yang menjadikan perjudian sebagai penarik devisa, namun negara ini justru memberikan syarat yang lumayan berat bagi warganya untuk berjudi.

Bayangkan, bagi warga negari non Singapura, untuk masuk ke lokasi perjudian tidak dipungut biaya satu sen pun. Sedang warga lokal justru harus menggelontorkan Sin$100. Jika kurs Sin$1 adalah Rp 7400, maka warga negeri Singa untuk tiket masuk saja harus mengeluarkan Rp. 740.000. Itu artinya harus kalah sebelum bertanding.

Coba bandingkan dengan Indonesia. Meski sebagai negeri kaum muslim terbesar yang jelas melarang untuk berjudi, namun tidak ada good will dari para pemimpin yang mayoritas muslim agar warganya tidak candu terhadap judi.

Bayangkan. Semua model judi ada di Indonesia. Dari yang tradisional seperti taruhan ada jago, tebakan plat nomor mobil sampai yang modern ala judi bola via internet semuanya ada di negeri ini.

Saya jadi berpikir, jika saja pemerintah membuka lokasi perjudian legal di negeri ini, maka policy-nya berbalik dengan Singapura. Untuk warga pribumi digratiskan sedang untuk pendatang asing dikenakan “upeti” yang besar dengan alasan devisa masuk. Wadooooh … wadoooh. Semoga gak bakalan terjadi.

Tidak ada komentar: