Rabu, 19 November 2008

Ada Apa dengan LSI?

Lembaga Survei Indonesia (LSI) sebagai lembaga survei jempolan yang ada di Indonesia akhirnya eksistensinya mulai diragukan. Survei terbaru lembaga yang dikomandani oleh Saiful Mujani ini secara mengejutkan menempatkan Partai Demokrat (PD) dalam posisi puncak dengan mengumpulkan pundi suara sebesar 16, 8 persen.

Tidak tanggung-tanggung, bukan sekedar PKS, PKB atau partai tengah lain yang dijungkalkan, namun partai kelas berat semacam Partai Golkar dan PDIP pun dipaksa takluk. Hasil kontroversial ini pun akhirnya memunculkan keraguan dan ketidakpercayaan yang menjurus melecehkan survei yang mengeluarkan dana besar tersebut.

Berita miring ini bukan saja datang dari kalangan partai, seperti Fuad Bawazier yang mengatakan sudah tidak menaruh percaya kepada LSI. Fuad Bawazier mengatakan seandainya partainya diramal LSI bakal mendapat suara 10 persen pun, ia tetap tidak percaya dengan LSI.

Parahnya, krisis keraguan terhadap LSI juga muncul dari kalangan pengamat. Pengamat politik dari UI, Boni Hargens misalnya, ia menyangsikan hasil survei LSI pimpinan Saiful Mujani. “Saya tidak percaya atas hasil survei LSI Saiful Mujani,” tegasnya kepada inilah.com, Senin (17/11) di Jakarta.

Keraguan yang sama muncul dari Direktur Eksekutif Reform Institut Yudi Latif. Dengan tanpa ada tanda-tanda kenaikan popularitas SBY, popularitas Partai Demokrat langsung meroket. “Saya pribadi juga agak aneh melihat hasil survei LSI,” katanya.
Hal ini menguatkan bahwa indikasi krisis kredibilitas LSI sudah mulai terendus. Walaupun dengan segala dalih LSI menegaskan, pihaknya tak mungkin mengorbankan kredibilitas lembaga hanya karena memuaskan kilen politiknya, namun argumentasinya justru semakin menguatkan bahwa LSI memang tidak independen.

LSI yang menyimpulkan PD mendapat berkah lonjakan suara dari kalangan swing voter adalah hal yang dipaksakan, karena maju mundurnya PD ini sangat bergantung kepada peranan SBY. Padahal saat ini pencitraan SBY dimata rakyat sudah mulai pudar, ditambah dengan keberadaan rupiah yang kian tak berdaya. Bahkan menurut Boni, Indonesia di bawah kepemimpinan SBY dinilainya gagal.

Alasan memilih PD karena faktor iklan pun pasti terbantahkan, karena saat ini yang menjadi jawara iklan adalah PKS dengan seri kepahlawannya dan Prabowo dengan Gerindranya. Iklan PD hanya berjaya ketika bulan puasa.

Kesimpulannya, Survei LSI mengenai pilkada sampai saat ini mungkin masih layak diperhitungkan, Namun untuk pemilu masih perlu dipertanyakan. Sebagaimana yang sering disampaikan Presiden PKS, Tifatul Sembiring yang mengatakan dahulu LSI meramal PKS hanya mendapat 3%, justru berhasil meraup angka yang fantastis di pemilu 2004. Jadi memang independensi LSI perlu dipertanyakan. Ada apa dengan LSI? (ibnusy – inilah.com)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

semua udah diatur tuh bos.....