Rabu, 27 Mei 2009

Capres-Cawapres Harus jadi Teladan

Akhirnya semua pasangan capres-cawapres sudah dideklarasikan. Lokasi yang dijadikan tempat deklarasi pun berbeda-beda. Jika JK-Win sebagai pasangan pertama menjadikan Tugu Proklamasi, pasangan SBY-Boediono menggelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung. Terakhir, Mega-Pro di Tempat Pengolahan Sampah, Bantar Gebang, Bekasi

Tentu pemilihan lokasi deklarasi memiliki makna tersendiri bagi seluruh pasangan. JK-Win beralasan, deklarasi di monument bersejarah, apalagi tepat di depan patung Soekarno-Hatta mengisyaratkanpasangan nusantara atau dwi tunggal.

SBY-Boediono menjadikan Bandung, menurut Boediono dalam pidatonya beralasan, di awal abad kedua puluh, Bung Karno di kota ini menyatakan Indonesia Menggugat. Sedang Bantar Gebang sebagai simbol wong cilik ingin ditunjukan Mega-Pro sebagai pasangan yang terakhir melaksanakan deklarasi

Obsesi capres-cawapres yang menyertakan filosofi tempat deklarasi, tentu patut diberikan apresiasi. Namun praktek di lapangan, prilaku yang dilakukan oleh seluruh pasangan untuk menjadi pemenang, masih jauh dari sifat keteladanan

SBY dan JK sebagai incumbent sering kali ngiras-ngirus (jawa: memanfaatkan) dengan blusukan ke pasar-pasar tradisional dan tempat-tempat strategis dengan alasan yang dipaksakan. Bahkan janji keduanya, untuk tetap solid sampai akhir jabatan pun sudah semakin tampak keretakannya. Belum lagi perang pernyataannya yang dijadikan barang obralan

Mega-Pro juga setali tiga uang. Statementnya seringkali tidak konstruktif dan lebih cenderung menekan pihak lawan. Menjual isu ekonomi kerakyatan dan menyerang neo liberal. Padahal ketika Megawati memimpin negeri ini juga banyak asset negara yang dijual ke asing dan diserahkan ke pasar.

Tidak itu saja, seluruh pasangan juga menggunakan strategi usang dalam mencari simpati rakyat. Dari mulai memiliki hobi baru pergi ke pasar tradisional, silaturahim ke ulama sampai yang keukeuh menstempel care terhadap kehidupan rakyat kecil

Tentu, manuver dalam politik adalah hal yang “lumrah”. Namun, jika terlalu sering memaksakan dan memberi pelajaran negatif kepada masyarakat, maka tidak dipungkiri jika krisis kepercayaan akan semakin menggelinding bagaikan bola salju yang kian membesar. Sebelum semuanya terlambat, untuk capres dan cawapres, jadilah teladan untuk rakyat!.

Tidak ada komentar: