Jumat, 10 Juli 2009

2009, Awal Kiamat Golkar?

Ketika menyebut Partai Golkar (Golkar), semua orang pasti mengenalnya. Dari orang awam apalagi bagi para intelektual, nama Golkar begitu familiar bagi mereka. Entah itu terkenal karena sesuatu yang positif maupun negatif.

Hal ini wajar, karena sejak mulai berdiri, kader-kadernya selalu menjadi bagian dari kekuasaan di negeri ini. Sekitar 40 tahun Golkar mendominasi jalannya pemerintahan republik ini

Riak-riak kecil perbedaan dalam tubuh internalnya, tidak membuat partai yang identik dengan cap orde baru ini berantakan. Golkar mampu mengemas perbedaan menjadi ‘bumbu penyedap’ yang justru menggairahkan rasa perjalanan partainya.

Bahkan di awal reformasi, Golkar yang berada di titik nadir kepercayaan masyarakat, rupanya tetap terbukti ampuh dengan mampu memperoleh suara yang signifikan dan duduk pada urutan kedua setelah PDIP pada pileg 1999. Lima tahun kemudian Golkar mampu menjelma menjadi pemenang kembali.

Apa rahasia ‘kehebatan’ Golkar? Selain memiliki SDM yang bagus, kehebatan lain sehingga memiliki kemapanan politik ini karena Golkar senantiasa berada dalam lingkaran kekuasaan. Bagai ikan, kekuasaan bagi Golkar adalah airnya.

Namun, jangan kaget manakala mulai tahun 2009 nama Golkar bakal semakin tidak terdengar. Pasalnya partai pemenang pemilu 2004 ini keok dalam ajang pileg dan pilpres, yang imbasnya adalah sangat mungkin tidak kebagian kue power sharing. Inilah sumber petaka utamanya

Benih-benih kehancuran Golkar sudah mulai tersebar. Jeblok di pileg, dari rangking pertama, turun ke peringkat tiga. Tuah Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden rupanya tidak cukup ampuh untuk mendongkrak suara partai berlambang pohon Beringin ini.

Bahkan diajang pilpres, pasangan JK-Wiranto jadi juru kunci, dengan meraih perolehan persentase suara yang lebih kecil dari suaranya ketika pileg. Basis suaranya merosot tajam, seperti di Kepri, Riau dan Babel. Bahkan hampir di seluruh provinsi.

Namun, semua itu tergantung SBY. Apakah akan tega memunahkan Golkar atau tidak. Namun SBY juga harus ingat, kader-kader Golkar ujar salah satu Ketua DPP Golkar, Zainal Bintang, malah bisa merepotkan citra pemerintahan SBY nantinya jika direkrut dalam kabinet. “Partainya saja dikhianati apalagi SBY “, terangnya.

Kemudian, partai koalisi juga harus tegas untuk menutup pintu bagi partai yang tidak berkeringat mendapat jatah menteri. Suara PKS yang menolak Golkar ditarik dalam kabinet SBY, harus disambut oleh rekan partai koalisi lainnya. Apalagi, menurut pengamat politik, Bachtiar Ali SBY tanpa Golkar pun dirinya bisa mulus menjalankan kekuasaan. Karena kekuatan SBY di parlemen begitu signifikan.

Memang sepertinya Golkar harus mulai berani membuka lembaran baru menjadi oposisi. Mungkin kelihatan ‘gambling’. “Kalau Golkar jadi oposisi, check and balance jadi lebih kuat di parlemen. Siapa tahu bila Golkar jadi oposisi akan lebih baik dari PDIP," ujar Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq kepada INILAH.COM, Jakarta, Jumat (10/7).

Tentu, Golkar juga harus menata diri kembali agar tidak ‘punah’ pada 2014. ”Konsolidasi diperlukan agar partai ini lebih besar dan solid sehingga bisa dipercaya rakyat pada 2014,” cetus analis politik Universitas Indonesia, Bachtiar Ali bisa dijadikan sebagai obat kegagalan



Tidak ada komentar: