Selasa, 11 Agustus 2009

Menakar Peluang Pemimpin Muda Di Kepri

Meski masih diadakan pada pertengahan 2010 mendatang, namun hajatan pesta Pemilihan Gubernur di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sudah ramai dibicarakan orang. Ramai media memberitakan bakal kandidat yang siap, mau dan layak untuk memimpin Kepri

Gayung pun bersambut. Partai-partai besar di Kepri beramai-ramai menyongsong perhelatan politik lokal ini. Setelah Partai Demokrat siap meramaikan bursa pilgub dengan kader terbaiknya, PDIP pun menyusul. Dan yang pasti Partai Golkar dan PKS juga sudah menakar siapa kadernya yang bakal dijadikan sebagai jagoan untuk meraih tahta politik tertinggi di provinsi ini

Partai politik sudah mulai menggadang-gadang atau bahkan mengelus-elus kandidat mana yang kelak akan mereka usung (maupun dukung). Tentu apa yang dilakukan masih sebatas “kuda-kuda”, mengingat kodrat politik sendiri yang bersifat sangat dinamis

Saat ini sudah bermunculan nama-nama yang secara tegas siap dicalonkan sebagai gubernur. Nama Huzrin Hood sudah mengemuka. Bahkan tokoh tempatan yang juga mantan Bupati Kabupaten Kepulaun Riau ini sudah mendeklarasikan diri sebagai calon pemimpin tertinggi provinsi ini. Selain itu ada Nyat Kadir yang secara terang-terangan siap dicalonkan menjadi Gubernur.

Selain nama-nama di atas, wakil rakyat terpilih dari Partai Golkar, Harry Azhar Aziz juga santer disebut layak menjadi Gubernur kedua Kepri. Tentu tidak ketinggalan incumbent, Ismeth Abdullah. Meski belum terbuka akan bertarung kembali, namun hampir dipastikan akan ikut berlaga menjaga kursinya. Selain itu Wakil Gubernur H.M Sani juga sepertinya bakal beradu keberuntungan di bursa kandidat Kepri 2010 mendatang

Nama-nama pendampingnya juga bermunculan. Sebagian besar adalah para petinggi di kota/kabupaten di Kepri, semisal Ahmad Dahlan, Ria Saptarika, Nurdin Basirun, Saptono Mustakim dan Walikota Tanjungpinang, Suryatati A Manan

Di Mana yang Muda?
Dalam konteks nasional, wacana pemimpin muda memang sudah lama digulirkan di negeri ini. Wacana itu terus saja menggelinding. Ibarat bola salju, semakin lama berputar maka bola itu semakin membesar. Tak lama muncul tokoh-tokoh muda menawarkan solusi untuk bangsa ini.

Wacana ini muncul seiring dengan tampilnya tokoh-tokoh muda dunia menjadi orang nomor satu di negaranya. Sebut saja Evo Morales, Presiden Bolivia yang berusia 49 tahun, kemudian dari Amerika Serikat muncul Barack Obama, 47 tahun. Dari benua lain ada nama Mahmoud Ahmadinejad yang terpilih menjadi Presiden Iran pada usia 49 tahun

“Perlawanan” dominasi tua di kancah perpolitikan nasional bahkan sekarang saat ini sudah menetes ke daerah-daerah. Wacana pemimpin muda sudah mampu menetaskan hasilnya. Lihat saja, di Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat, sebagian besar rakyat menghendaki kalangan muda untuk mengganti tongkat estafet yang sudah lama dibawa oleh para pemimpin yang sudah sepuh. Sehingga terpilihlah Syahril Yasin Limpo, Ahmad Heriawan dan Muhammad Zainul Madjdi sebagai Gubernur

Namun “aneh”, untuk konteks pemilihan gubernur di Kepri khususnya, semangat menghadirkan pemuda sebagai pemimpin sepertinya kurang mendapat dukungan yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari nama-nama calon kandidat gubernur yang sudah mengemuka saat ini, tidak ada satupun yang berusia di bawah 50 tahun.

Padahal sejarah telah membuktikan Muhammad sang ma’shum diangkat menjadi utusan Allah ketika berumur 40 tahun. Lewat ‘tangan dingin’ kepemimpinannya, menjadi cikal bakal perkembangan Islam sampai ke seluruh penjuru dunia sampai saat ini

Umar Ibn Abdul Aziz menggantikan posisi Khalifah Sulaiman Ibn Abdul Malik pada masa Khalifah Bani Umayah ketika berumur 36 tahun. Di zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat empat khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan Khulafaur Rasyidin. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin kelima

Bahkan Sejarah Indonesia mencatat tampilnya anak-anak muda sebagai pemimpin bukanlah sesuatu yang baru. Soekarno dipilih sebagai presiden pertama pada usia 44 tahun. Penerusnya, Soeharto, dilantik sebagai presiden kedua saat berusia 46 tahun.

Usia tidak menjadi satu-satunya faktor yang menentukan seseorang bisa terpilih dan mampu memimpin. Rumus kepemimpinan hanya akan berjalan manakala di topang dengan empat karakter kepemimpinan sebagaimana yang yang diwarisakan dalam risalah kenabian.

Pertama, Shidiq. Dalam konteks kekinian berarti modal awal seorang pemimpin adalah moralitas yang tangguh. Kedua, Tabligh. Maksudnya komunikatif. Dekat dengan rakyat dan bukan tipe “Kacang lupa akan kulitnya”. Juga memiliki dan mampu membuat jaringan seluas-luasnya, baik dalam area lokal, nasional maupun internasional untuk kelancaran “investasi” modal politik dan juga investasi untuk Kepri

Ketiga, Amanah, yaitu sikap profesional yang diwujudkan dengan tidak melakukan korupsi, cekatan dalam bertindak dan mampu memberi solusi. Terakhir adalah Fathonah. Yaitu memiliki kapabilitas dalam menyelesaikan permasalahan. Memahami betul masalah dan solusi yang akan diberikan.

Kesimpulan
Kemunculan orang-orang muda dalam kancah politik adalah sebuah keniscayaan yang tak mungkin terelakkan. Saat perjalanan tidak lancar, macet atau tidak seperti yang diharapkan, maka orang-orang mudalah yang punya kewajiban memimpin barisan perubahan. Justru aneh kalau orang-orang muda malah tiarap, cuek dan apatis dengan apa yang terjadi di sekelilingnya

Berbicara peluang, hasil pilkada Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat membawa angin segar bagi generasi muda calon pemimpin yang akan maju sebagai kandidat Gubernur Kepri. Asal memiliki empat modal besar di atas, maka peluangnya justru lebih besar, karena pemuda tidak memiliki beban masa lalu

Untuk kasus Pilgub Jabar, kurang apa Danny Setiawan. Sebagai incumbent Gubernur Jabar. Bahkan sebelumnya, hasil survey berbagai lembaga menempatkan sebagai pemenang. Sementara Agum Gumelar, tokoh nasional yang sempat menyemarakkan bursa pemilu presiden-wapres 2004. Kenyataannya, Ahmad Heriawan dan Dede Yusuf yang berslogan HADE menjadi pemenang.

Kemudian kemenangan Syahril Yasin Limpo terhadap “atasannya”, Amin Syam dalam perebutan kursi Gubernur Sulawesi Selatan. Ini adalah bentuk kepercayaan dan keinginan yang nyata dari masyarakat terhadap sosok muda untuk menjadi pemimpin.

Bisa jadi masyarakat Kepri jenuh dengan calon tua yang dianggap mewarisi birokrasi pemerintahan yang tidak menghadirkan perubahan dan kesejahteraan. Bisa jadi masyarakat menginginkan sosok muda yang idealis, sederhana, tetapi berani menggariskan masa depan provinsi ini lebih baik.

Ayoo, mumpung masih cukup waktu untuk memompa popularistas, dukungan partai politik dan ujungnya adalah elektabilitas yang signifikan serta campaign management lainnya. Beranikah tokoh-tokoh muda Kepri? Semoga. Wallahua’lam



Tidak ada komentar: