Kamis, 27 Agustus 2009

PDIP-Golkar Merapat, Siapa yang Untung?

Rumor bakal merapatnya Partai Golkar (PG) dan PDIP ke kubu SBY semakin hari kian santer. Koalisi tambun itu akan mengancam jalannya pemerintahan karena bakal matinya mekanisme checks and balances. DPR dikhawatirkan tidak lebih sebagai tukang stempel kebijakan pemerintah, sama seperti zaman Soeharto. Namun bisa saja bakal ada permainan politik lain, maka siap-siap saja SBY “dikadali”

Secara nyata, PDIP dan PG adalah musuh yang secara vis a vis berebut tahta politik tertinggi di negeri ini bersama SBY dari Partai Demokrat yang didukung rekan partai koalisi. Kemarin “bermusuhan” kemudian secara mengejutkan akan menjadi pendukung pemerintah. Ada apa ini?

SBY nantinya bakal dikadali lantaran ketika PDIP dan PG sudah mendapatkan kekuasaan dari hasil sharing power, mereka akan menunjukan watak aslinya, yaitu menjadi “musuh yang abadi”. Realita di lapangan, kedua partai besar tersebut tidak memiliki “kesetiaan politik” dalam mengusung agenda koalisi. Hal ini wajar, karena secara psikologi, sebagai partai “besar” pasti ingin menancapkan pengaruhnya di masyarakat

Selanjutnya, dengan masuknya PDIP dan PG secara de facto telah merusak bangunan rumah koalisi yang selama ini sudah dibangun. Partai-partai koalisi merasa dizalimi lantaran partai yang tidak berkeringat dan menjadi rival justru mendapat kue yang lebih enak lagi lezat

Apabila bila benar terjadi (masuk ke kabinet) maka ujungnya adalah tidak “ikhlas”nya kerja dari partai yang berbasis massa dari Islam ini. Inilah kerugian ganda apabila SBY jadi menerapkan strategi baru yang diberi label “rekonsiliasi” politik ini

PDIP pun setali tiga uang. Partai yang dipimpin oleh Megawati ini pun bakal mendulang kerugian. Pasalnya di lapisan grass root, banyak kader moncong putih ini yang tetap menginginkan PDIP berada pada jalur oposisi. Selain itu, kesan plin plan bakal lebih lekat untuk PDIP ini. Apalagi barter yang didapat “hanya” Ketua MPR dan jabatan menteri yang kurang “basah”.

Jika semuanya rugi, lantas siapa yang untung dari merapatnya PG dan PDIP? Satu-satunya partai yang beruntung adalah PG karena umur politiknya terselamatkan. Kekuasaan bagi PG adalah nafasnya. Manakala masih diberi kekuasaan, tandanya PG bakal masih hidup bahkan untuk kasus sekarang akan lebih dahsyat lagi mengoyak-ngoyak peta politik nasional pada 2014. Buktikan saja!



Tidak ada komentar: