Sabtu, 17 Januari 2009

Suara Terbanyak Harus Tepat Sasaran

Baru-baru ini, Mahkamah Konstitusi (MK) menganulir mekanisme penetapan calon anggota dewan terpilih di DPRD dan DPR melalui nomor urut. MK menggantinya dengan sistem suara terbanyak. Ini artinya ada perubahan mendasar dalam system pemilu di Indonesia

Diakui dengan system suara terbanyak, rasa demokrasi lebih terasa, karena pilihan rakyat menjadi patokan untuk menentukan siapa yang layak menduduki “kursi panas”. Pendek kata kedaulatan rakyat dijunjung karena penetapan aleg berdasarkan suara terbanyak akan menghormati selera masyarakat dalam menentukan wakil-wakilnya

Namun sebagaimana lazimnya, setiap kebijakan pasti tetap saja meninggalkan permasalahan. Era dibukanya suara terbanyak membuka peluang caleg-caleg berkantong tebal membeli suara rakyat. Kita bisa melihat bagaimana mereka setiap saat selalu road show menabur rupiah (bukan visi dan misi) demi meraup suara yang bisa mengantarkan mereka ke gedung dewan.

Bukan itu saja, imbasnya tata kota (khususnya Batam) menjadi semakin amburadul. Hampir disetiap jengkal jalan banyak dijumpai pameran ‘foto model dadakan’ dengan baliho dan sejenisnya dan tanpa melupakan kalimat-kalimat narsisnya.
Saya berharap dengan kondisi di atas, pihak-pihak terkait semacam Pemko, KPU, Panwas dan lembaga yang peduli dengan pemilu berkualitas untuk segera bertindak.

Pemko, KPU dan Panwas untuk segera menertibkan atribut-atribut kampanye yang tidak beraturan dan menyalahi prosedur. Setidaknya diberi zona khusus untuk atribut kampanye.

Kepada lembaga yang peduli dengan pemilu berkualitas ditunggu untuk melakukan sosialisasi, bukan saja yang terkait dengan bagaimana cara mencontreng yang benar, namun ada yang lebih urgent, yaitu bagaimana cara memilih calon wakil rakyat yang berkualitas.

Karena jika masyaraakat masih di nina bobokan, maka harapan untuk memiliki aleg yang kredibel tidak akan terwujud karena yang masih menjadi kenyataan, sistem suara terbanyak yang demokratis saat ini tidak seirama dengan kualitas caleg-calegnya. jadi suara terbanyak tak akan semanis impian, jika masyarakat salah pilih. Wallahua’alam

Tidak ada komentar: