Kamis, 08 Oktober 2009

Pemuda/i yang Dibenci

Suatu hari di belahan nusantara. Di depan mall kota-kota metropolitan. Di gang-gang kampung terpencil di pelosok negeri. Langit masih gelap tertutup awan, segelap bangsa ini yang ditutupi kabut permasalahan

Sekelompok pemuda asik kongkow. Suit … Suit … Mulut dan tangan mereka usil menggoda wanita-wanita yang lewat di depan mereka. Bualan gombal meluncur deras dari pemuda yang sedang duduk bergerombol. Tak jarang teriakan sumpah serapah memecahkan udara ketika sang wanita berani “melawan”

Sesekali mereka menyelingi dengan menyeruput Vodca atau Anggur Cap Orang Tua secara bergiliran. Atau memamerkan bagaimana cara menghisap mariyuana untuk berbagi “asap-asap surga”. Atau bahkan melakukan “demonstrasi” dengan jenis zat psikotropika yang beda dari biasanya

Di hari lainnya, para wanita berstatus pelajar dan mahasiswa mencari mangsa para pria. Dandanan mereka seksi. Tangannya manja melambai, mengetuk kaca mobil sambil melakukan “transaksi” di jalanan tanpa rasa malu
***
Bulan ini (Oktober). Tak lama lagi Indonesia akan memperingati hari Sumpah Pemuda. Meski latar cerita sejarahnya berbeda, namun ada kesamaan di dalam cita-citanya, yaitu ingin me-recovery bangsa

Hampir tidak ada perubahan di Negara manapun yang tanpa menyertakan pemuda di dalamnya. Di negeri ini pun sama, hampir tidak ada proses transformasi, baik politik, sosial dan lainnya tanpa andilnya mereka (pemuda)

Bung Tomo sang patriot bangsa yang tak henti-hentinya terus memikirkan nasib negaranya. “Cita-cita sejati seorang pejuang besar, ingin mendidik anak-anak muda bangsa menjadi patriot bangsa. Baginya perjuangan tak memiliki arti, bila tak ada generasi penerus yang memiliki jiwa patriot”. Demikian bagian rencana dari Bung Tomo.

Nah, bagaimana dengan pemuda Indonesia saat ini? Memang benar masih ada sekelumit pemuda yang memang patut kita banggakan. Baik dari segi prestasi, kreativitas, dan karya emasnya. Tetapi jumlah mereka bisa kita hitung dengan jari. Bandingkan dengan golongan yang antagonis.

Padahal dalam antologi puisinya, Imam Syafi’i juga bersenandung “Siapa yang tidak mau ta’lim (membina) pada masa mudanya, maka takbirkan kepadanya empat kali takbir. Karena sejatinya ia telah mati (sebelum mati)”
***
Kemiskinan dan broken home adalah argumentasi yang sering mengemuka. Karena kemelaratan dan runtuhnya keluarga memang kadang manusia jadi kehilangan nurani. Meski jamak juga mereka yang hidup dalam serba boleh (permisif) hanya karena mengekor budaya barat (westernisasi) agar terlihat “modern”.

Tak peduli mereka miskin. Masak bodoh mereka terlahir dari orang tua yang berpenghasilan pas-pasan. Yang penting bergaya

Mereka akan menuai kebencian dari masyarakat dan Negara beserta para pahlawan. Salah siapa? Semoga kisah di atas segera sirna dari bumi Indonesia. Kita harus optimis karena agama mengajarkan keoptimisan. Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda

Tidak ada komentar: