Rabu, 11 Maret 2009

Kita, Gerhana Politik dan Solusinya

Peradaban selalu bermula dari gagasan. Peradaban besar selalu bermula dari gagasan-gagasan besar. Gagasan-gagasan besar selalu lahir dari akal-akal raksasa. Begitulah yang ditulis oleh M. Anis Matta dalam artikelnya yang berjudul “Mencari Sang Arsitek”

Banyak hal yang mesti harus dilakukan untuk menjadi ‘arsitek’ yang memiliki ide-ide brilliant. Salah satu hal standard untuk mengasah akal-akal raksasa biasanya melalui jalur pendidikan. Namun, pemilik gagasan besar bukan hanya monopoli orang-orang sekolahan

Dan pada 9 April nanti, kita akan memilih arsitek bangsa. Suka maupun tidak, mereka (para caleg) secara de jure adalah calon ‘insinyur’ yang akan mendesign rumah negeri ini. Mereka akan merancang dan membuat konstruksi legislasi, pengawasan dan penganggaran lima tahun ke depan

Menurut litbang Kompas, tingkat pendidkan caleg 2009 mengalami peningkatan kualitas. 8 dari 10 calon politisi senayan berpendidikan sarjana, baik strata satu sampai penggenggam gelar doctor

Namun hal di atas tidak menjadi jaminan, karena sudah lama bangsa ini dibanjiri orang-orang berpendidikan, namun sayangnya mayoritas sarjana kita belum mampu juga melahirkan gagasan-gasagan yang beda dan smart serta pro rakyat

Apalagi menurut M. Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer, bisa jadi calon anggota parlemen dari kalangan popular semisal artis yang semula dipasang sebagai vote getter justru peluang terpilihnya sangat besar

Inilah masalah kita bersama. Apa jadinya jika mayoritas arsitek politik tidak paham dengan tugas pokok sebagai wakil rakyat? Mau di kemanakan bangsa yang besar ini jika mayoritas yang duduk di kursi panas adalah orang-orang yang tidak memiliki akal-akal raksasa yang mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang mendera bangsa ini?

Sudah terlalu lama negeri ini mengalami gerhana politik. Sinar kebijakannya tidak lagi mampu menghangatkan rakyat. Pengawasan dan penganggarannya tertutup oleh segepok uang suap. Itulah masalah kita, karena memiliki anggota legislative yang tidak amanah dan kurang berkualitas

Kini saatnya berubah. Memontem pemilu menjadi bagian krusial pengentasan problematika bangsa ini. Optimislah, dari puluhan partai, masih ada partai yang bisa diharapkan. Dari ribuan caleg, masih ada yang pemilik akal-akal cerdas yang mampu menggoncangkan peradaban baru yang mencerahkan

Tinggal bagaimana kita memilihnya. Tentu, kita harus memilih arsitek yang sanggup memahami rakyatnya, kemudian memberi sesuatu yang positif bagi masyarakatnya. Itu semua bisa didapat dari wakil rakyat yang memiliki kesadaran integral, yaitu dengan menjaga hubungan dengan Tuhannya (hablum minallah) dan sesasamanya (hablum minannaas). Insya Allah. Wallahua’lam

Tidak ada komentar: