Rabu, 04 Maret 2009

Hati-Hati Pilih Caleg

Selama ini, selain kapabilitas, masalah moralitas menjadi sorotan bagi para caleg yang sedang berlaga di pemilu 2009. Hal ini wajar, mengingat masyarakat merekam jelas kiprah moral wakil-wakil mereka yang banyak terlibat kasus amoral, baik di tingkat pusat (DPR) maupun di level daerah (DPRD) yang marak diberitakan di banyak media

Sejak tidak lagi menjadi lembaga ‘super body’, masyarakat mengetahui banyak ditemukan anggota parlemen yang terlibat kasus moral. Bukan saja korupsi, namun juga skandal semacam suap, perjudian, narkoba sampai perselingkuhan.

Dugaan cacat moral yang menerpa sebagian anggota dewan sebetulnya sudah lama terendus. Akan tetapi, setiap ada upaya untuk mengungkap abnormalitas moral orang-orang yang adi di gedung dewan, selalu ada pembelaan yang menolak tudingan miring menyangkut diri mereka.

Kini Mahkamah Konstitusi (MK) menganulir mekanisme penetapan calon anggota dewan terpilih di DPRD dan DPR melalui nomor urut. MK menggantinya dengan sistem suara terbanyak. Diakui dengan sistem ini, aroma demokrasi lebih terasa karena pilihan rakyat menjadi patokan untuk menentukan siapa yang layak menduduki “kursi panas”.

Namun suara terbanyak pun meninggalkan berbagai macam kerawanan, karena popularitas dan elektabilitas tidak berbanding lurus dengan kredibilitas. Lantas bagaimana?

Meski demikian, golput bukan sebuah pilihan yang bijak. Sebagaimana yang dikatakan oleh mantan Menko Perekonomian Kabinet Gotong Royong Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti saat tampil sebagai pembicara pada seminar "The Success of Indonesia's 2009 General Election" di Jakarta. Ia mengatakan, golput hanyalah sebuah nihilisme yang tidak akan menghasilkan apa-apa.

Sehingga yang harus difokuskan adalah perhatian pada proses pemilu (election process) dan juga out put pemilu berupa jaminan terjadinya perubahan dan perbaikan keadaan pasca pemilu 2009. Untuk itu syarat mutlaknya semua pihak harus ikut bertanggung jawab untuk menciptakan pemilu yang berkualitas

Cara Memilih Caleg
Memang tidak ada sebuah syarat baku yang sama diterapkan untuk menguji kelayakan dan kepantasan seorang menjadi wakil rakyat. Namun setidaknya, seorang caleg harus memiliki kredibilitas dan moralitas yang tangguh, sehingga pemilu yang dilaksanakan, hasilnya benar-benar mampu memberikan secercah harapan bagi rakyat

Syarat ini juga sebagai upaya untuk memajukan demokrasi dan kehidupan politik pada bangsa ini. Sehingga, 9 April nanti, masyarakat dalam memilih caleg selayaknya tidak sekadar terpaku pada kemampuan finansial, tetapi juga aspek visi, daya dukung publik dan tentu moralitasnya.

Untuk itu publik perlu mengkritisi figur caleg yang diusulkan partai-partai politik peserta pemilu, termasuk mengkritisi kepribadiannya. Karena tanpa adanya sikap kritis masyarakat, yang kemudian dilanjutkan dengan tidak memilih caleg bermasalah, sulit mewujudkan parlemen yang baik di negeri ini

Ada langkah sederhana untuk memilih caleg yang berkualitas. Pertama, bidik caleg yang “beda”. Istilah marketinganya deferensiasi. Yang menjadi faktor pembedanya adalah caleg tersebut harus memiliki nilai plus, diantaranya spiritualitas, moralitas, wawasan dan tak lupa beda juga strategi kampanye yang digunakan oleh partai dan calegnya

Kedua, amati kualitasnya. Seorang caleg dan partai mutlak harus memiliki kualitas yang bagus. Untuk dapat membuktikannya, dapat diamati dari keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, apakah caleg atau partainya dapat dijadikan teladan dalam banyak hal?

Ketiga, sebagai problem solver, bukan problem maker. Caleg atau partai dapat memberi solusi terhadap berbagai persoalan yang dialami oleh warga masyarakat. Solusi ini tidak hanya berbentuk materi (baca: uang), namun dapat berupa pemikiran atau menjadi mediator untuk menuju sesuatu yang diharapkan masyarakat.

Terakhir, bekerja dengan tulus. Maksudnya, caleg atau parpol berbuat untuk masyarakat, baik ada pemilu maupun tidak ada pemilu. Seperti biasa, musim kampanye saat ini, banyak ditemukan ‘pahlawan kesiangan’ yang menabur manfaat sesaat.

Apabila masyarakat menemukan ada caleg atau parpol yang memenuhi empat kualifikasi di atas (minimal mendekati), maka pilihlah dia! Kesimpulannya, suara terbanyak tak akan semanis impian, jika masyarakat tetap saja salah pilih. Maka, hati-hati pilih caleg. Wallahua’lam

Tidak ada komentar: