Sabtu, 22 Maret 2008

Aku Sedih ....

Sebagai orang Batam yang setiap hari Insya Allah baca koran (Al Qur’an juga dong) saya merasakan ada berita yang awalnya sangat menarik untuk diikuti namun lama-kelamaan kok justru memuakan (maaf berat lho). Berita itu adalah yang terkait dengan hajatan (Kongres PMII) yang digelar di Batam.

Menarik karena ketika acara baru dibuka oleh Abu Rizal Bakri, utusan dari Jawa Timur melakukan aksi demonstrasi yang mengingatkan kita semua bahwa kader Partai Golkar tersebut harus bertanggung jawab atas kasus lumpur lapindo. Yang lebih menarik, orang terkaya di Indoneisa tersebut sampai-sampai gugup dalam memberikan sambutan karena selalu “dikotori” dengan suara lantang dari utusan lainnya berupa kalimat “Lapindo ... Lapindo ...”

Jujur, adanya aksi menarik tersebut membuat saya dengan ikhlas mengatakan kepada sahabat-sahabat diskusi saya bahwa PMII telah melakukan permainan yang cantik. Sangat cantik malah. Bagaimana tidak, saat itu pagi harinya menjadi head line yang (mungkin) membuat malu dan jengkel Ical.

Namun, pasca aksi cantik itu, lambat laun yang terdengar dari kongres PMII adalah berita miring tentang jalannya acara yang menyedot uang yang besar itu. Judul-judul di halaman depan koran pertama, terdepan dan terpercaya saja menggambarkan suasana yang cukup ‘mengerikan’. Batam Pos, 21 Maret mengambil judul “Kongres PMII di Batam Ricuh”. Koran yang sama pada Sabtu (22/3) tertulis “Kongres PMII Memanas”.

Berita tersebut terbaca peserta Kongres saling berebut pengeras suara. Maju ke depan ke pimpinan sidang dan dengan lantang mereka (banyak kan?) menyuarakan pendapat masing-masing. Bahkan nyaris adu jotos. Hal di atas membuat saya miris. Begitu yang harus dilakukan sekolompok Mahasiswa untuk menyelesaikan masalah. Apalagi menggunakan istilah pergerakan di depan namanya.

Maaf gak bisa nerusin lagi, sedih rasanya saya sebagai orang islam melihat mahasiswa islamnya masih seperti anak-anak. Mahasiswa yang katanya mencerahkan haruskah memberi tontonan yang tidak sehat dan membahayakan?. Semoga kejadian memuakan ini menjadi kenyataan pahit terakhir bagi PMII. Dan bagi kelompok mahasiwa lainnya (apapun namanya) untuk tidak mengikutinya. Berbeda adalah suatu keniscayaan, namun berbuat ricuh, rusuh dan anarki adalah tindakan bodoh yang tidak bisa didiamkan. Semoga menjadi pelajaran. Wallahua’lam.

4 komentar:

Me mengatakan...

Jangan2 kongres ini yang diceritakan mas Eddy Prasetyo tadi pagi. Beliau bercerita ttg hal yang sama, kongres yang harusnya sudah selesai jadi nggak selesai2.

Anonim mengatakan...

Sudah nyedot dana besar trus ricuh, mendingan dananya buat bikin pertandingan tinju profesional, lebih nggenah pak!

Anonim mengatakan...

ehem
aku dah balik lho :-D

dari dulu, aku ga begitu suka PMII
maik ke sekretnya, penuh dengan asap rokok yang mnyesakkan dada

jangan2, ricuh itu rebutan rokok
hehehe

ngadmin mengatakan...

yah begitu deh..kita smua memang harus lebih mendalami islam kita..
seperti masjid yg banyak berdiri dgn ornamen yg indah,megah dan mewah..tetapi bikin sedih karena sedikit jamaahnya.. :(