Rabu, 16 Januari 2008

Batam Oh Batam (BOB Part 1)

Bila Anda Tabah Anda Menang. Itulah kepanjangan BATAM yang sangat membius setiap orang. Sehingga wajar, dalam setiap hari lautan manusia melakukan eksodus mengadu peruntungan di wilayah yang berbatasan langsung dengan Singapura ini.

Arti Batam di atas mungkin benar, tapi (lebih pas) masa berlakunya untuk satu dasawarsa ke belakang. Bagaimana kalau kini? Wow sudah jauh panggang dari apinya.

Bagi anda yang ingin berprofesi sebagai pengasah mesin industri, maka bayangkan dan resapilah. Sebagai informasi, Upah Minimum Kota (UMK) terbaru di Batam “cuma” Rp. 960.000. itupun pihak Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sampai sekarang belum legowo bahkan (ternyata) sudah mendaftarkan sampai ke PTUN untuk “melawan” SK Gubernur. Padahal nih biaya hidup sangat tinggi.

Disana tidak ada Warteg apalagi angkringan khas Jogja yang harganya terjangkau. Biaya transportasi dan perumahan mahal. Satu lagi, lapangan pekerjaan pun sudah sangat seret membuka lowongannya. Akibatnya sangat mudah ditebak, angka kriminal pun pasti tinggi.

==============

Bila Anda Tiba Akan Menyesal. Inilah kepanjangan BATAM yang lagi ngetrend saat ini. Kelihatannya terlalu pesimistis memang, tapi itulah realita yang banyak dikatakan orang.

Pak Dede misalnya, laki-laki separo baya asal Garut ini berprofesi sebagai pengesol sepatu keliling. Tak disangka, sore yang cerah ia melaju di depan gubuk kami yang sederhana. Karena istri saya membutuhkan jasanya untuk menservice sandalnya yang menganga, maka dipanggilah bapak beranak empat itu. Naluri kewartawanan saya pun berontak. Sembari khusyuk terampil jemarinya memasukan jarum saya ajak ia ngobrol.

Bagaimana kabar Batam pak? Sengaja saya pancing dengan pertanyaan “sensitif”. Refleks dia menghentikan aktivitas menyulamnya, tak lama ia berujar, “Sudah beda mas, pemasukan sama pengeluaran tidak seimbang”. Tak lama tanpa diminta ia mengatakan dulu pas di kampung, Batam itu sepertinya manii..ss sekali, tapi ketika diselami kok rasanya pahit, ujarnya dengan bahasa Sunda yang kental .

Tentu, kisah diatas bukanlah representasi utuh tentang Batam. Ada juga yang sukses justru ketika di Batam, baik sukses dunianya, atau sukses akhiratnya atau malah keduanya. Bagaimana, apakah anda masih tertantang ke Batam, atau justru semakin tertantang untuk menjajal medan terjal daerah berbentuk kalajengking ini.

Sebagai sahabat, teman, saudara atau apalah namanya hanya bisa bertitip pesan. Persiapkanlah segalanya, jangan sampai menyesal untuk kesekian kalinya. Jangan sampai ada orang bernyanyi mengejek “Siapa Suruh Datang Ke Batam atau Jakarta”, karena bumi Allah dimanapun pasti sudah ada rezekinya. Batam, Surabaya, Semarang, Medan bahkan kampung kita sendiri pun sudah di design rezeki kita di lauhul makhfudz-Nya. Sekali lagi bersiaplah!. Wallahua’lam

1 komentar:

CHICHIKONDO mengatakan...

Wow sebegitu Besar kah perubahannya? Dulu saya pernah bekerja di batam antara tahun 1996-1998. Saya kembali ke jawa untuk melanjutkan sekolah yang tertunda. Saat itu banyak sekali teman - teman saya dari jawa terutama yang menduduki posisi bagus di perusahaan. Malah saya berpikir kalau udah lulus kuliah akan kembali ke btm. Tapi mungkin jaman telah berubah ya mas.. dulu waktu saya di btm kayaknya lancar - lancar aja meskipun biaya hidup memang sangat tinggi dibanding hidup di kampung sendiri.