Senin, 28 Januari 2008

Soeharto = Berhala Media?

Akhirnya selesai sudah “petualangan” umur H.M. Soeharto. Setelah 24 hari keberadaan kesehatannya mengalami fluktuasi di RSPP, pada Ahad (27/1) jam 1:10, dia (Soeharto) menghembuskan nafas terakhirnya. Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Rooji’uun. Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Seperti biasa, berbagai media asyik masyuk memberitakannya. Saking berhasratnya, sebagaian besar stasiun televisi menyiarkan kepergiannya dengan tambahan pernak-pernik yang terkesan di besar-besarkan. Tidak puas dengan sekedar breaking news, laporan khusus dan istilah lainnya. Malah mereka menumpahkan seluruh isi siarnya dengan kabar kepergian mantan penguasa orde baru ini. Pun yang terjadi di media cetak yang saya baca hari ini. Sudah jadi berhalakah Soeharto di media?

Asli saya bertanya, sudah tidak ada berita lagikah di Indonesia? Saya sepakat, kematian Soeharto adalah berita besar yang pantas untuk informasikan kepada masyarakat. Namun haruskan warga dicekoki hanya dengan satu berita yang membosankan karena diulang dan terus diulang?.

Sudah jadi berhalakah Soeharto di media? Setiap kali ganti chanel, yang ada dimana-mana adalah pemberitaan seputar dia. TVRI, Metro TV, SCTV, RCTI, ANTV dan lainnya bernasib sama. Kamaruk memuntahkan infonya tentang dia. ANTV diuntungkan dengan janjian kepada pemirsanya untuk menyiarkan langsung Piala FA. Kalau tidak, mungkin juga sama: Menjadikan Soeharto sebagai berhala media.

Belum lagi iringan lagu gugur bunga yang menyiratkan kepergiannya. Pahlawan nasionalkah dia? Mungkin iya, namun juga mungkin tidak, karena selama ini belum ada keputusan. Bukankan Bung Tomo yang selama ini menjadi icon hari pahlawan belum dikategorikan sebagai pahlawan nasional?

Yang jelas, Soeharto hanyalah bagian manusia yang memiliki kebaikan dan kesalahan. Maafkanlah dia dan do’akan agar amal-amalnya diterima disisi-Nya. Keluarga yang ditinggal diberikan kesabaran dan juga keinsyafan untuk kembali ke jalan yang lebih benar. Dan proses hukumnya segera diselesaikan agar ketenangan senantiasa menaungi alam kuburnya. Ss..st yang lebih penting jangan jadikan ia berhala baru bagi kita. Wallahua’lam

5 komentar:

Desy Yusnita mengatakan...

Kalo berhala sih enggak abi, media hanya berusaha menjual berita demi untuk memuaskan hasrat rakyat juga kan...??

Anonim mengatakan...

kmaren aku ikut aksinya, nyaris pingsan, subhanallah, jakarta panasnya luar biasa, di tengah aksi itu dapat kabar suharto meninggal, tapi ikhwah tetep berteriak lantang menentang penjajahan :)

kurang produktif ya ? blog ku itu memang "hanya" sekedar stress release, jadi lebih sering bernuansakan pengungkapan rasa,malah kadang sering kebablasan :D
krn ga ada temen curhat, jauh dari keluarga, jadinya ya nge-blog aja

Anonim mengatakan...

asalammunalaikum wr. wb abi..

ehm..
mungkin SOeharto bukan berhala..
mungkin dia juga bukan siapa-siapa..

dia cuman manusia..

yang pada akhirnya, kita sebagai Saudaranya, punya kewajiban untuk mengenang kebaikannya, dan memaafkan kesalahannya..

saya yakin..
kalo sekarang pak Harto masi ada, dia juga gak mau pemberitaan sebesar ini..
bukan saya antek-anteknya..
tapi, sadarkah kita?
sebagai saudara sesama muslim, tindakan sinis, atau apapun itu, sungguh gak terpuji..
meskipun ini kembali kepada Allah Semata.

alangkah baiknya..
bila kita cukup diam, bila kita gak pernah bisa nerima keadaan..

maaf..
saya tidak ada maksud menggurui..
saya juga bukan "penyembah" berhala Soeharto seperti yang anda opinikan..
saya hanya orang bodoh, yang coba jadi lebih haik lagi..
yang mencoba menghargai seseoran bahkan saudara kita sesama muslim itu sendiri, sebagaiman dicontohkan Rasulullah SAW.

semoga bermanfaat..

maaf, jika ada yang kurang berkenan..

GagasanRingan mengatakan...

terimakasih anonim untuk komentar anda. dari dulu saya sudah lapang dada memaafkan kesalahan HMS atau pun lainnya. (coba anda buka artikel saya di "maafkanlah soeharto")
cuma yang jadi fokus tulisan saya adalah kenapa media begitu gencar memberitakan shg seolah2 di indonesia tidak ada lagi berita besar lagi. jangankan televisi, kalau anda baca republika kemarin (28/1) maka akan ditemukan satu bagian penuh yang mengupas HMS. dan inilah yang membuat saya bertanya, seoharto sudah sebagai berhalakah di media?. sekali terimakasih. luar biasa nasihat anda

Anonim mengatakan...

Waduuh.. komennya kok berat2 yaa.
Ga ada maksud sinis terhadap semua pihak atau apapun. & sapa sih yg ga turut berduka..?
Saya sih netral aja & mau bersikap logis, bahwa ternyata nonton FA Cup jauh lebih enjoy ketimbang ngikutin beritanya alm. Tapi kita cukup tau diri bahwa ini ga baik, jadi jangan diikutin..