Rabu, 13 Februari 2008

Begitukah Seharusnya Berkasih Sayang?

Entah kenapa sampai saat ini Indonesia kita masih saja menjadi bangsa yang latah. Hobi meniru tanpa ada filter tangguh. Kepribadian bangsa tergadaikan tidak menjadi masalah, asalkan hidup bisa ala kebarat-baratan.

Rambut di cat pirang dan segala warna. Pergantian tahun dirayakan dengan menodai arti norma dan dogma. Menyambut ulang tahun pun tak kalah gila. Tindik tak cukup di telinga. Hidung dan bibir pun tak apa. “Luar biasa” memang Indonesia kita.

Under Ground, musik pemuja setan yang menjadi alternatif. “Give Me Power of Satanis”. Itulah kalimat perdana bagi grup black metal “sejati”. Ada lagi pake acara minum darah binatang dengan cara dipotes lehernya saat live on stage. Tidak pake pisau dan bismillah tentunya.

Belum lagi karena kemiskinan bangsa kita diobak-obak. Nasionalisme hanya terdengar ketika Reog Ponorogo dan tradisi nusantara lainnya direbut Malaysia. Habis itu tenggelam menikmati glamournya kehidupan danmengikuti life style play boy tenis nomor satu, Mark Anthony Philippousis’s atau Britney Spears. Sejarah hitam itu belum berhenti. Ada Helloween, April Mop. Sekarang Valentine Day.

Tak pelak. Cinta, bunga, coklat dan pink menjadi icon 14 Februari. Hari kasih sayang katanya. Mall, mini market latah menjajakan pernak-pernik khas ini. Targetnya pun menyeluruh. Dari ibu rumah tangga sampai wanita karier. Dari murid SD sampai mahasiswa. Wis pokoke komplit!.

Semangat valentine sekarang sudah mengarah ke perbuatan zina. Ada “kewajaran”, bahwa dengan valentine orang bebas berpegangan tangan, berpelukan, kissing, petting dan akhirnya melakukan hubungan layaknya suami istri. Diperparah dengan keluguan orang tua yang membolehkan anak keturanannya berbuat mesum dengan kedok hari kasih sayang.

Ya Allah anugerahilah bangsa ini jalan cinta sebagaimana Engkau telah anugerahkan kepada para Nabi. Cinta yang sesungguhnya. Bukan cinta yang tersekat diantara masa. Cinta dan sayang yang tidak ada jarak diantara penanggalan. Namun bagaikan cinta dan sayangnya Engkau yang telah memberikan kami kenikmatan.

Jalan Para Nabi Adalah Jalan Cinta

Kita Adalah Anak-Anak Cinta

Dan Cinta Adalah Ibu Kita

(Jalaluddin Rumi: The Way of Love)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

jag alskar dig ^^
lagi belajar bhs swedia, ga ikut2an kan ? :D

betul banget tuh, ga tau lah
mo jadi apa negara ini