Rabu, 13 Februari 2008

Mari Belajar dengan Mereka

Berhubung dari kemarin malam si kecil Nazla pilek, paska maghriban saya tidak bisa berlama-lama. Ba’da salam, tentunya setelah dzikir sebentar saya langsung cabut menuju toko obat. “Bu, beli obat pilek buat anak-anak yang dosisnya rendah”, begitu kata saya kepada pelayan sesuai pesan istri.

Sekedar info, persis sebelah kanan toko obat tersebut ada sebuah mini market yang sangat laris dan di depannya ada kedai kecil yang menjajakan martabak manis dan martabak telor kesukaan saya. Kedua tempat tersebut sudah menjadi langganan kami dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan juga memenuhi hasrat saya jika sudah “nyidam” makan martabak telor yang kalau tidak mampu di rem bisa tiap hari.

Ada pemandangan menarik. Di mini market tertulis, “Maaf, tutup sedang sholat”. Sedang di kedai martabak tak tampak barang seorang penjual pun. Iseng saya tanya ke pelayan obat kemana gerangan mereka. “Lagi pada sholat pak. Tiap hari memang begitu”, jawabnya. Subhanallah.

Swear, saya langsung teringat film Shirah Nabawiyah yang menggambarkan bagaimana mereka meninggalkan dagangannya ketika terdengar adzan sehingga membuat saudagar non muslim keheranan. Jika bumi Batam bagaikan Mekkah itu wajar. Tapi ini Batam bung! Subhanallah.

Apalagi tidak jauh dari tempat tersebut sudah dibuka mini market milik etnis tionghoa yang tentunya jika waktu sholat tiba tetap dibuka. Kedainya pun tanpa ada sedikitpun pengamanan. Hanya model kaki lima. Padahal Batam kategorinya kota kurang aman. Setidaknya telur, adonan, minyak dan lainnya rawan pencurian. Namun mereka terlihat nyaman.

Mungkin mereka sangat memahami hakekat ma’rifatullah (mengenal Allah) sehingga tercipta keamanan. “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang akan mendapat KEAMANAN dan mereka orang-orang yang mendapat PETUNJUK” (QS: Al An’am: 82)

Sudah seberapa seringnya kita menomor sekiankan Allah? Padahal nikmatnya tidak pernah terlupakan walau sedetik pun. Baik dalam keadaan sadar apalagi tak sadar. Siapapun mereka kita harus mampu mengambil pelajaran. Wallahua’lam

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hiks, sungguh terharu